قَاعِدَةٌ عَنْ رَفْعِ
الْأَسْمَاءِ
KAIDAH TENTANG RAFA’NYA ISIM-ISIM
Penjelasan tentang isim-isim atau kata benda-kata benda
yang marfu (berkedudukan rafa’)
Marfu’
adalah salah satu kedudukan di antara empat kedudukan Nahwu, yaitu:
(marfu’/rafa’)(manshub/nashab)(majrur/khafadh)(majzum/jazm)
Isim
yang memiliki kedudukan marfu terdiri dari tujuh macam, yaitu fa’il, maf’ul
yang dibuang fa’ilnya, mubtada’, khabar, isim kana dan saudaranya, khabar inna,
serta isim yang mengikuti marfu’ (na’t, ‘ataf, taukid, dan badal)
الفاعل
Fa’il
adalah isim yang berkedudukan marfu’ karena menjadi subjek (pelaku). Fail
biasanya terletak setelah fi’il (kata kerja). Jadi, fa’il hanya ada pada
kalimat yang berupa jumlah fi’liyah, yaitu kalimat yang dimulai dengan kata
kerja
قَامَ
زَيْدٌ
ذَهَبَ
الرَّجُلُ
فَهِمْتُ
الدَّرْسَ
تَتَعَلَّمُ
اللُّغَةَ الْعَرَبِيَّةَ
Fail
dibagi menjadi dua:
Fail
isim zahir (فاعل اسم ظاهر), yaitu subjek yang berupa sesuatu atau nama.
Fail
isim dhamir (فاعل اسم ضامر) , yaitu subjek yang berupa kata ganti.
اَلْمَفْعُوْلُ
الَّذِى لَمْ يُسَمَّ فَاعِلُهُ
Maf’ul
(objek) yang tidak disebutkan fa’ilnya (subjek/pelakunya) memiliki kedudukan
marfu’ karena dia menduduki tempat fa’il. Dalam bahasa indonesia, kalimat
seperti ini disebut kalimat pasif
Maf’ul
yang menduduki tempat fail disebut NAIBUL FA’IL
ضُرِبَ
زَيْدٌ
يُضْرَبُ
الرَّجُلُ
بُنِيَ
الْإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ
اَلْمُبْتَدَأ
Mubtada’
adalah isim yang memiliki kedudukan marfu’ karena tidak terpengaruh oleh amil
apapun. Hal itu terjadi karena mubtada’ berada di awal kalimat
اَلْخَبَرُ
Khabar
adalah penjelas dari mubtada’. Karena disandarkan pada mubtada’, maka khabar
juga sama seperti mubtada’, kedudukannya marfu’. Khabar yang marfu’ adalah
khabar mufrad
زَيْدٌ
قَائِمٌ
اَلْمَسْجِدُ
كَبِيْرٌ
اَلْمَدْرَسَةُ
نَظِيْفَةٌ
اِسْمُ
كَانَ وَأَخَوَاتِهَا
Pola
kalimat dengan diawali kana adalah salah satu pola kalimat khusus dalam Bahasa
Arab yang menyebabkan ketentuan-ketentuan khusus pula.
Kalimat
setelah kana memiliki isim dan khabar. Isim pada kalimat inilah yang
berkedudukan marfu
Kana
dan saudara-saudaranya:
1.
كان (menjadi/yang terjadi)
2.
ليس (bukan/tidak)
3.
صار (menjadi)
4.
بات (semalamj)
5.
اصبح (di waktu pagi)
6.
اضحى (di waktu dhuha)
7.
امسى (di waktu sore)
8.
ظلّى (senantiasa/masuk waktu siang
9.
ما
زال (senantiasa/masih)
10. ما برح (senantiasa/masih)
11. ما فتئ (senantiasa)
12. ما انفك (senantiasa)
13. ما دام (selama/selamanya)
كَانَ
زَيْدٌ قَائِمًا
كَانَ
مُحَمَّدٌ رَسُوْلَ اللهِ
مَا زَالَ
الْوَقْتُ مُبَكِّرًا
خَبَرُ
إِنَّ وَأَخَوَاتِهَا
Pola
kalimat dengan diawali inna adalah salah satu pola kalimat khusus dalam Bahasa
Arab yang menyebabkan ketentuan-ketentuan khusus pula.
Kalimat
setelah inna memiliki isim dan khabar. Khabar pada kalimat inilah yang
berkedudukan marfu
Inna
dan saudara-saudaranya:
1.
إنّ/أنّ (sesungguhnya)
2.
لكنّ/ولكنّ (tetapi)
3.
كأنّ (seakan-akan)
4.
ليت (tidaklah)
5.
لعلّ (bisa jadi, mungkin saja, semoga saja)
إِنَّ
زَيْدًا قَائِمٌ
إِنَّ
اللهَ جَمِيْلٌ
كَأَنَّ
وَجْهُكَ قَمَرٌ
اَلتَّابِعُ
لِلْمَرْفُوْعِ
Isim-isim
yang mengikuti sebuah kata yang marfu’, maka menjadi marfu’ pula. Ada empat
macam tabi’: Na’t, ‘ataf, taukid dan badal
اَلنَّعْتُ
Na’t
adalah isim yang mengikuti sebuah kata dan berfungsi menjadi sifat.
جَاءَ
زَيْدٌ اَلْكَرِيْمُ
اَلْمُسْلِمُوْنَ
الْمُتَّقُوْنَ يُطِيْعُوْنَ اللهَ
اَلْعَطْفُ
‘Ataf
adalah isim yang mengikuti sebuah kata dengan diselingi oleh huruf ‘ataf.
جَاءَ
زَيْدٌ ثُمَّ كَرِيْمٌ
ذَهَبَ
الْمُدَرِّسُوْنَ وَالطُّلاَّبُ إِلَى الْمُخَاضَرَةِ
اَلتَّوْكِيْدُ
Taukid
adalah isim yang mengikuti sebuah kata dan berfungsi menguatkan kata tersebut.
جَاءَ
زَيْدٌ نَفْسُهُ
يَتَطَهَرُ
الْمُسْلِمُوْنَ أَنْفُسُهُمْ فِى رَمَضَانَ
اَلْبَدَلُ
Badal
adalah isim yang mengikuti sebuah kata dan isim itu memberi status tambahan.
جَاءَ
زَيْدٌ أَخُوْكَ
يَشْرَحُ
الْمُدَرِّسُ رَاشِدِى اللُّغَةَ الْعَرَبِيَّةَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar